Anak yg Kurang
Mendapat Perhatian dan Kasih Sayang
Bayi yang dipisahkan
dari orang tua akan mengembangkan perasaan tidak aman yang ditampilkan dalam
gangguan kepribadian atau kesulitan/hambatan di dalam segi-segi kehidupannya
yang menyebabkan munculnya masalah penyesuaian diri di masa yang akan datang. Bagaimana
pun juga, pengasuhan yang memadai semasa bayi merupakan kebutuhan yang penting
demi tercapainya pertumbuhan fisik dan psikis yang maksimal. Menurut Wenar
(1991), ketiadaan pengasuhan yang memadai setelah terbentuknya ikatan cinta
kasih di antara anak dengan pengasuh akan menyebabkan perilaku yang menyimpang,
karena dampak dari kehilangan tersebut sangatlah dirasakan sebagai suatu
penolakan atau pun pengabaian.
Dengan kapasitas
pemahaman yang masih terbatas akan suatu peristiwa, sang anak akan menterjemahkan
kejadian tersebut sebagai bentuk penolakan atas dirinya, ia merasa tidak cukup
berharga sehingga tidak pantas untuk dicintai. Hal ini jika berlanjut tanpa
sempat diperbaiki, akan menimbulkan masalah terutama dalam pembentukan
identitas seseorang serta penyesuaian diri dalam kehidupannya di lingkungan
Pengabaian Terhadap
Anak : Anak yang Dipisahkan Dari Orangtua
Bayi yang dipisahkan
dari orang tua akan mengembangkan perasaan tidak aman yang ditampilkan dalam
gangguan kepribadian atau kesulitan/hambatan di dalam segi-segi kehidupannya
yang menyebabkan munculnya masalah penyesuaian diri di masa yang akan datang.
Bagaimana pun juga, pengasuhan yang memadai semasa bayi merupakan kebutuhan
yang penting demi tercapainya pertumbuhan fisik dan psikis yang maksimal.
Menurut Wenar (1991), ketiadaan pengasuhan yang memadai setelah terbentuknya
ikatan cinta kasih di antara anak dengan pengasuh akan menyebabkan perilaku
yang menyimpang, karena dampak dari kehilangan tersebut sangatlah dirasakan
sebagai suatu penolakan atau pun pengabaian.
Dengan kapasitas
pemahaman yang masih terbatas akan suatu peristiwa, sang anak akan
menterjemahkan kejadian tersebut sebagai bentuk penolakan atas dirinya, ia
merasa tidak cukup berharga sehingga tidak pantas untuk dicintai. Hal ini jika
berlanjut tanpa sempat diperbaiki, akan menimbulkan masalah terutama dalam
pembentukan identitas seseorang serta penyesuaian diri dalam kehidupannya di
lingkungan
Pengaruh Masalah
Kejiwaan Yang Dialami Orangtua Terhadap Cara Memperlakukan Anak
Beberapa hasil
penelitian tentang masalah-masalah kejiwaan yang dialami orangtua dan
berpengaruh terhadap tindakan penyiksaan dan atau penganiayaan terhadap anak
dapat di bedakan sebagai berikut:
Gangguan Jiwa atau Gangguan Kepribadian
Depresi
Pecandu Obat Terlarang / Alkoholik
Masalah Perkawinan
Gangguan Jiwa atau
Gangguan Kepribadian
Seorang peneliti
bernama Rose Cooper Thomas yang melakukan penelitian terhadap hubungan antara
ibu dan anak, menemukan bahwa ibu yang mengalami gangguan jiwa Schizophrenia
(dengan kecenderungan perilaku yang acuh tak acuh), maka cenderung menghasilkan
anak yang perilakunya suka memberontak, jahat, menyimpang atau bahkan anti
sosial. Namun sebaliknya ada pula yang anaknya jadi suka menarik diri, pasif,
tergantung dan terlalu penurut. Peneliti lain juga menemukan, gangguan jiwa
sang ibu berakibat pada terganggunya perkembangan identitas sang anak.
Penemuan yang sama
juga mengungkapkan bahwa gangguan Obsesif Kompulsif yang dialami orang tua
sangat berkaitan erat dengan sikap pengabaian mereka terhadap anaknya. Sebab,
gangguan Obsesif Kompulsif ini menjadikan individu nya lebih banyak memikirkan
dan melakukan ritual-ritualnya dari pada tanggung jawab mengasuh anaknya.
Munchausen’s Syndrome
by Proxy
Munchausen Syndrome
by Proxy (MSbP) adalah gangguan mental yang biasanya dialami oleh wanita, dalam
hal ini seorang ibu terhadap anaknya (biasanya pada bayi atau anak-anak di
bawah usia 6 tahun) dan biasanya berakibat sang anak harus mendapatkan perawatan
serius di rumah sakit. Dalam penyakit yang digambarkan pertama kali oleh Meadow
pada tahun 1977 ini dideteksi adanya unsur kebohongan yang bersifat patologis
dalam kehidupan sehari-hari sang ibu sejak dahulu hingga sekarang.
Pada kasus yang
parah, sang anak secara terus menerus dihadapkan pada situasi yang mengancam
keselamatan jiwanya; dan sang ibu yang melakukannya dari luar justru kelihatan
lemah lembut dan tulus. Gangguan jiwa yang berbahaya ini bisa berakibat pada
kematian anaknya karena pada banyak kasus ditemukan bahwa sang ibu sampai hati
menyekap (atau mencekik) dan meracuni anaknya sebagai bukti pada dokter bahwa
anaknya benar-benar sakit.
Memang, pada
kasus-kasus ini sering ditemukan adanya sejarah gangguan perilaku antisosial
pada sang ibu, yang disebabkan dirinya sendiri mengalami pola asuh yang salah
dari orang tuanya dahulu. Pada kasus lain ditemukan bukti bahwa ternyata sang
ibu mengalami gangguan somatis seperti contohnya (menurut istilah medis)
gangguan neurotik, hypochondria, atau gangguan yang bersifat semu lainnya).
Ditemukan pula, bahwa ibu-ibu yang tega melakukan hal ini terhadap anaknya
ternyata mengalami gangguan kepribadian yang cukup parah.
Depresi
Penelitian lain
dilakukan oleh Chaffin, Kelleher dan Hollenberg (1996) terhadap anak-anak yang
orang tuanya mengalami depresi atau pun psikopatologi. Menurut mereka, orang
tua yang depresif ditemukan sering melakukan penyiksaan secara fisik terhadap
anak-anak mereka. Anak-anak mereka juga dilaporkan mengalami masalah seperti
depresi, masalah interpersonal, perilaku yang aneh-aneh dan mengalami masalah
di sekolah atau dalam belajar.
Pecandu Obat
Terlarang / Alkoholik
Keluarga yang
alkoholis cenderung lebih tidak stabil dan tidak dapat diramalkan perilakunya.
Segala aturan main dapat saja berubah setiap waktu, dan seringkali mudah
mengingkari janji-janji yang pernah dibuat. Demikian pula dengan pola asuh
orang tua terhadap anak. Pola asuh yang diterapkan seringkali berubah-ubah
secara tidak konsisten; dan tidak ada ruang bagi anggota keluarganya untuk
mengekspresikan perasaannya secara apa adanya karena banyaknya batasan dan
larangan untuk membahas “keburukan” keluarga.
Oleh karena itu para
anggota yang lain dituntut untuk mampu menjaga rahasia supaya tidak ada
keterlibatan pihak-pihak luar dan supaya tidak ada yang mengetahui problem
keluarga mereka. Situasi ini tentu saja membuat perasaan tertekan, frustrasi,
marah, tidak nyaman dan kegelisahan di hati anak-anaknya. Sering anak berpikir
bahwa mereka telah melakukan sesuatu kekeliruan yang menyebabkan orang tua
punya kebiasaan buruk. Akibatnya, rasa tidak percaya, kesulitan mengekspresikan
emosi secara tepat, serta kesulitan menjalin hubungan sosial yang erat dan
sejati, menjadi masalah yang terbawa hingga dewasa. Menurut penelitian beberapa
ahli, anak-anak dari keluarga ini lebih beresiko mengembangkan kebiasaan
alkoholismenya di masa dewasa dari pada anak-anak yang bukan berasal dari
keluarga alkoholis.
Menurut penelitian
Chaffin, Kelleher dan Hollenberg (1996), pecandu obat terlarang dilaporkan
menjadi faktor yang paling umum dianggap menjadi penyebab penyiksaan dan
pengabaian terhadap anak-anak serta melakukan pengasuhan dengan cara yang tidak
benar atau keliru.
Masalah Perkawinan
Salah satu
kebahagiaan terbesar dalam hidup adalah merasakan hubungan yang hangat dan
penuh dengan kasih sayang yang diperoleh dari orang-orang yang dicintai. Namun
tidak selamanya setiap orang dapat merasakan hal ini, terutama jika mereka
berada dalam keluarga yang mengalami masalah pelik yang tidak hanya mempengaruhi
keharmonisan keluarga, namun pengaruhnya sampai pada kehidupan emosional para
anggotanya.
Akibatnya, setiap
anggota keluarga merasakan bertambahnya beban mental atau tekanan emosional
yang terus menerus bertambah dari hari ke hari. Beban mental ini akan semakin
berat kalau suasana dalam keluarga serasa mencekam, seperti di kuburan, tidak
ada satu orang pun yang berani mengemukakan emosi dan pikirannya, dan tidak ada
keleluasaan untuk bertindak. Tidak ada suasana keterbukaan ini hanya akan
meningkatkan ketegangan dari setiap anggota keluarga.
Pada umumnya,
anak-anaklah yang menjadi korban pelampiasan ketegangan, kecemasan, kekesalan,
kemarahan dan segala emosi negatif yang tidak bisa dikeluarkan. Sebabnya,
anak-anak lebih berada posisi yang lemah, tergantung pada orang tua dan tidak
berdaya sehingga mudah sekali menjadi sasaran agresivitas orang tua tanpa
memberikan perlawanan. Akibatnya, pada beberapa kasus terjadi tindakan
kekerasan fisik orang tua terhadap anak hanya karena orang tua tidak dapat mengendalikan
dorongan emosinya.
Para ahli yang
menganut faham teori sistem berpandangan, bahwa yang sebenarnya, jika orang
melihat seorang anak yang kelihatannya bermasalah, entah itu masalah
penyesuaian diri, masalah belajar atau masalah lainnya, sebenarnya yang harus
dicari tahu sumber penyebabnya bukanlah pada diri si anak, tapi lebih pada
orang tua dan interaksi yang terjadi di dalam keluarga itu. Karena, anak
bermasalah sebenarnya merupakan pertanda adanya ketidakberesan dalam hubungan
keluarga itu sendiri. Jadi, masalah yang ditampilkan oleh anak
merepresentasikan disfungsi yang terjadi di dalam kehidupan keluarganya.
0 komentar: