Peran Ayah dalam Keluarga
Peran Ayah
Sebuah survei di
Amerika menyebut, kini peran ayah dalam keluarga meningkat. Berbagai kajian
para psikolog menyatakan, ayah kini mengambil peranan sangat besar dalam
aktivitas rumah tangga maupun dalam proses mendidik anak. Para pria juga
mengambil cuti saat “menjadi ayah” karena ingin memberikan waktu lebih besar
bagi bayinya.
Peran ayah dalam
keluarga yang dimaksud di sini adalah aktif dalam membentuk perkembangan emosi
anak, menanamkan nilai-nilai hidup, dan kepercayaan dalam keluarga. Berbagai
riset tentang perkembangan anak menunjukkan, pengaruh seorang ayah dimulai
sejak usia yang sangat dini. Misalnya ditemukan, bayi laki-laki berusia lima
bulan yang banyak menghabiskan waktu dengan ayahnya, menjadi jauh lebih nyaman
berada di antara orang-orang asing dewasa. Bayi ini lebih banyak mengoceh dan
menunjukkan kerelaan untuk digendong dibandingkan dengan bayi yang ayahnya
kurang terlibat.
Terlepas dari itu, di
sini peranan ibu tetaplah penting. Namun dalam riset ini juga ditemukan,
kualitas hubungan dengan ibu bukan merupakan peramal yang sama kuat mengenai
keberhasilan atau kegagalan anak dibanding dengan kualitas hubungan anak dengan
para ayah. Kedekatan seorang ayah setelah kelahiran bayinya juga biasanya
berkelanjutan hingga masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa peran aktif ayah dalam mendidik anak ternyata
menimbulkan perbedaan yang besar bagi anak-anak dan bisa menentukan masa depan
mereka.
Sebagaimana
diketahui, tantangan pergaulan remaja sekarang jauh berbeda dengan dulu.
Narkoba, tawuran, gang motor yang kriminal, pornografi dan pornoaksi adalah
bentuk kenakalan remaja yang sudah menunggu di pintu sekolah anak-anak. Bahkan
mungkin sudah berada di dalam rumah. Levant (dalam Adelia, 2006) menyatakan
bahwa pria punya kemampuan mengenali dan menanggapi emosi anak-anaknya secara
konstruktif dibanding wanita. Sehingga, dengan besarnya tantangan kenakalan
yang akan dihadapi anak atau remaja nanti, maka tidak bisa tidak, peranan ayah
dalam mendidik anak mutlak dilaksanakan.
Di Indonesia, memang
begitu banyak buku maupun artikel dari majalah bertemakan “ayah” diminati
pasangan muda, terutama prianya. Namun, sejauh mana perkembangan peranan para
ayah ini, belum diketahui karena minimnya penelitian tentang keayahan di Indonesia.
Sebaliknya, banyak orang tua, terutama Ayah yang hanya menuntut prestasi pada
remajanya, tanpa mempedulikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi para
remajanya dalam mewujudkan keinginan orang tuanya.
Banyak Ayah yang
memukul, memarahi dan melakukan kekerasan pada anak nya karena mendapat nilai
jelek. Orang tua berpikir bahwa dengan dimarahi maka remajanya akan menjadi
baik. Sayangnya orang tua yang suka marah dan apalagi memukul, justru akan
membuat para remajanya tidak betah di rumah. Santrock (1995) memberikan
penjelasan, ketika remaja tidak betah dengan kondisi rumah (sikap orang tua
yang selalu mencelah bukan memotivasi) maka selanjutnya remaja akan mencari
kelompok di luar rumah yang dapat menerima dirinya. Dari kelompok tersebut
kemudian sering muncul perilaku-perilaku yang melanggar aturan (kenakalan
remaja), seperti berkelahi, mencuri, membolos dan perilaku-perilaku negatif
lainnya.
0 komentar: